Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan besar. Karena daya tahannya yang tinggi, sampah plastik yang terakumulasi di tempat pembuangan sampah dan lautan cenderung terperangkap selama berabad-abad, sehingga menyebabkan kontaminasi baik di tanah maupun air. Menurut riset yang dilakukan oleh Harvard University, setiap tahunnya dihasilkan sekitar 300 juta ton sampah plastik. Namun dari jumlah tersebut hanya 9% yang didaur ulang. Alasan minimnya daur ulang adalah inefisiensi dan tingginya biaya daur ulang sampah plastik, yang mengakibatkan kurangnya insentif.
Jika kita tingkat daur ulang pada beberapa tahun yang akan datang tetap berkisar pada 9% dari total keseluruhan jumlah sampah plastik, lautan kita akan mengandung lebih banyak plastik daripada ikan pada tahun 2050. Penemuan baru ini dapat memberikan pendekatan yang menjanjikan dan lebih berinsentif untuk meningkatkan proses daur ulang plastik dalam waktu dekat. Para peneliti ini sekarang sedang berusaha untuk meningkatkan dan mengkomersialkan proses ini, yang akan sangat berguna dalam tujuan global mengurangi sampah plastik.
Saat ini, ada tiga jenis metode daur ulang sampah plastik, yaitu ulang mekanis, pembakaran, dan daur ulang kimia.
Mechanical Recycling
Daur ulang mekanis adalah pilihan daur ulang yang paling banyak digunakan, dan ini melibatkan penggilingan atau pencampuran sampah plastik secara mekanis untuk digunakan kembali dalam produk serupa. Namun, proses ini menghasilkan kualitas plastik yang lebih buruk, sehingga produk daur ulang ini tidak banyak digunakan oleh industri.
Daur ulang mekanik juga semakin sulit dilakukan apabila terdapat banyak zat adiktif yang terkandung dalam plastik tersebut.
Incineration
Metode pembakaran atau biasa disebut insinerasi, dapat mengubah sampah plastik menjadi panas dan listrik. Hasil kerja dari proses insenerasi adalah abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan mengandung polutan, maka harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilepas ke atmosfer, sedangkan panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik. Berikut ini merupakan gambaran proses insinerasi.
Teknologi insinerator memiliki kelebihan menjadi alat pemusnah sampah yang dilakukan dengan pembakaran pada suhu tinggi dan terpadu, aman bagi lingkungan, pengoperasiannya mudah dan aman, Akan tetapi prosesnya dapat menghasilkan emisi polutan beracun seperti gas asam dan logam berat.
Chemical Recycling
Pada proses ini plastik diubah menjadi bahan bakar. Proses ini dianggap sebagai proses daur ulang sampah plastik yang paling menjanjikan dengan efek samping yang paling sedikit. Namun, teknologi daur ulang bahan kimia saat ini membutuhkan suhu yang sangat tinggi (lebih dari 300 °C), yang mahal dan tidak efisien.
Ada beberapa jenis metode daur ulang secara kimia yang biasa digunakan, yaitu :
- Pirolisis : Proses pengolahan sampah secara termal atau dengan suhu tinggi tanpa oksigen untuk menghasilkan bahan bakar cair atau gas.
- Gasifikasi : Mirip dengan pirolisis, yaitu proses pengolahan sampah dengan suhu tinggi dalam kondisi rendah oksigen.
- Depolimerisasi : Salah satu teknologi yang memecah plastik menjadi beberapa blok penyusun plastik.
- Repolimerisasi : Proses yang dilakukan untuk mengubah limbah plastik menjadi produk plastik baru dengan cara memecah limbah plastik menjadi bahan penyusun dasar kemudian merekonstruksinya menjadi senyawa polimer baru.
- Solvolisis : Teknologi yang menggunakan solvent atau pelarut untuk depolimerisasi plastik.
Sumber :
Das et al. 2022. Plastics to fuel or plastics: Life cycle assessment-based evaluation ofdifferent options for pyrolysis at end-of-life. Waste Management 153: 81-88
Oluvemi, et al. 2017. Thermal conversion of waste plastics into fuel oil. International Journal of Petrochemical Science & Engineering. 2(8): 252-257.
Wisojodharmo. 2004. Peningkatan Mutu Material Daur Ulang Plastik dengan Penambahan Aditif